Benarkah Semakin Sedikit Pilihan Produk Justru Semakin Bagus?



Dulu aku sering mengajukan pertanyaan-tanya kenapa ya website mirip iPhone cuma memajang sedikit sekali pilihan produk di websitenya. Beberapa situs web seperti Pulcher contohnya, juga cuma memajang beberapa produknya saja. Hmm.. kenapa ya?

Usut punya usut ternyata ini ialah salah satu seni manajemen marketing The Paradox of Choice. 

Kita pasti pernah kan ingin berbelanja sesuatu kemudian begitu sampai di toko atau daerah belanjanya kita ditawarkan oleh aneka macam pilihan produk. Katakanlah kita ingin membeli baju. Sampai di kawasan kita justru sakit kepala sebab pilihannya hebat banyak. Mulai dari pilihan warna dari a-z. Pilihan bahan, belum lagi pilihan harga, diskon, dan sebagainya. Persis pasar tumpah.

Ujung-ujungnya yang lazimnya terjadi yaitu kecewa. "Ah, bukannya tadi pilih yang pertama". "Aduh, kayaknya yang warna biru lebih manis". "Ternyata baju materi ini buruk dibanding yang tadi".

Sering kan kita merasa menyesal seperti itu? Ya, pilihan produk yang terlalu banyak cenderung menciptakan seseorang kian sedikit merasa puas. Alih-alih bahagia akan opsi yang bermacam-macam, justru kemungkinan untuk kecewa lebih besar.

Ternyata dalam dunia marketing, semakin banyak pilihan produk, maka kian menurun pula tingkat cita-cita konsumen untuk membeli. Sehingga mampu dikatakan opsi produk yang sedikit justru lebih baik. Itulah mengapa bila kita melihat banyak marketplace cuma memajang produk-produk terbaiknya di bagian depan website mereka untuk menarik pelanggan. 

Lagi pula, situs web yang hanya memajang sedikit opsi produk dan lebih menonjolkan beberapa produknya saja akan terlihat lebih elegan dan "mahal". Contoh faktual iPhone yang cuma menawarkan opsi warna hitam atau putih. Produknya pun elegan dan mewah . Coba bandingkan dengan ponsel X yang pilihan warnanya saja sudah merah, kuning, hijau, pink, ungu, biru..



Sebuah riset diadakan oleh Prof Sheena Iyengar (Columbia University) menandakan hal ini. Ia sukses memajukan penjualan sebesar lebih dari 600% setelah mengurangi opsi produk yang tadinya berjumlah 24 menjadi cuma 6 saja. Wooww!!

Menurut peneitian ini pula, ternyata didapati bahwa otak insan membenci kerumitan. Kerumitan yang tiba salah satunya dari banyaknya pilihan produk dipercaya sudah menciptakan kelumpuhan analisis pada otak. Dan berdasarkan penelitian pula, jumlah ideal pilihan produk yang ditawarkan paling baik ternyata cuma berkisar antara 5-6 item saja.

Sepertinya sesudah ini kita harus memeriksa pilihan produk yang kita punya yah.. :)


Jatilengger TV Assalamu'alaikum wr. wb. Hello, how are you? Introducing us Jatilengger TV. The author, who is still a newbie, was born on January 16, 1989 in Blitar and is still living in the city of Mendoan. About starting this blog, it started with a passion for writing fiction, which eventually had to be written down in a scribble or note to immortalize it. Which is then able to pour ideas on this blog. All of that, of course, really hope to be useful for readers everywhere. I currently work as an entrepreneur in Blitar, East Java. On the sidelines of busyness, I try to write and share through blogs. For cooperation, of course, I really accept forms of cooperation such as: Advertisement, Product Review, Event Collaboration, and others. That's a short profile about myself, I hope you like to visit my blog. Thank you. :) Wassalamu'alaikum wr. wb.

0 Response to "Benarkah Semakin Sedikit Pilihan Produk Justru Semakin Bagus?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel